Wednesday, October 22, 2008

Media dan Perdamaian


Bali kini kembali menjadi tuan rumah salah satu hajatan internasional bertajuk Bali Global Forum. Hajatan internasional selama 3 hari ini bertema “The Power of Peace: Using the Tools of Information and Communication”, tema yang mengangkat betapa besarnya media sebagai salah satu “tool” untuk mewujudkan perdamaian di dunia ini.
Bali kembali dipilih menjadi tuan rumah untuk gelaran berkelas dunia tentunya bukan tanpa alasan, apalagi apabila dihubungkan dengan semangat perdamaian sebagaimana diusung dalam tema tersebut. Bali dikenal dunia karena sikap toleransi warganya yang sangat luar biasa. Tentu kita masih ingat saat Bali diguncang 2 bom besar, masyarakat Bali tentunya mengutuk itu semua, tapi itu tentunya dilakukan dengan cara yang wajar dan tanpa kekerasan (ahimsa). Sempat tersiar kabar bahwa akan terjadi peristiwa SARA terhadap pihak tertentu berkaitan dengan teror bom tadi, tapi masyarakat Bali dengan arif bijaksana menerima semua itu sebagai sebuah kenyataan yang harus diahadapi bersama. Cara-cara kekerasan dianggap hanya meruncing hubungan yang selama ini sudah kritis, lagipula masyarakat Bali sangat kental kehidupan religiusnya khususnya dengan konsep Karmapalanya. Mereka percaya bahwa semua peristiwa pasti akan membawa akibat sesuai dengan benih yang mereka tanam.
“Pena wartawan lebih tajam dari bayonet serdadu” begitulah analogi yang diucapkan oleh wakil presiden kita, Jusuf Kalla, saat membuka forum ini. Sebuah analogi yang menunjukkan bahwa media merupakan bahasa publik yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sikap publik pada umumnya. Media massa dapat menggiring sikap publik terhadap satu masalah, sehingga perannya sangat strategis terutama untuk mewujudkan misi perdamaian seperti yang diusung dalam forum ini.
Media dahulu lebih sering diidentikkan oleh corong kekuasaan, media sangatlah dekat dengan lingkaran kekuasaan, sehingga media sering dijadikan alat propaganda sebagian pihak untuk melebarkan doktrinnya ataupun untuk melakukan penyerangan kepada pihak lain dalam bentuk tulisan maupun bentuk yang lainnya

Media vs konlik
Dua kata ini merupakan kata-kata yang saling berhubungan satu sama lainnya. Media sering menjadi penyebab timbulnya konflik dan sebaliknya dalam konflik pihak-pihak yang bertikai sering juga menjadikan media sebagai salah satu sarana untuk menjatuhkan lawan-lawannya.
Ada dua hal yang merupakan faktor penting mengapa kita harus memiliki perhatian yang lebih terhadap hal ini. Pertama, kondisi Negara ini yang merupakan rawan terhadap segala macam konflik yang mungkin terjadi, baik horizontal maupun vertikal. Negara kita terdiri dari berbagai macam agama dan suku bangsa, belum lagi budaya yang berbeda-beda yang otomatis dapat menjadi sumber konflik ketika kita tidak dapat mengelolanya dalam bentuk sikap toleransi antar sesama. Banyak contoh konflik yang sudah meledak dikarenakan hal-hal seperti tadi, ambon, sampit, merupakan salah satu contoh kegagalan kita mengelola perbedaan ini.
Faktor yang kedua adalah wacana kebebasan pers yang diusung semangat reformasi dewasa ini. Reformasi memberikan efek yang luar biasa khususnya dalam kehidupan pers di Indonesia. Pers yang dulu identik dengan perpanjangan lidah penguasa sudah berubah menjadi pers yang diharapkan independent dan menjadi corong lidah rakyat dalam menyuarakan aspirasinya. Dalam perjalanannya, reformasi menjadi hal yang tidak diidamkan sebagaimana waktu meluncurnya dahulu. Seperti itu pula nasib media dewasa ini. Media terkadang masih menjadi alat politik dan propaganda yang merupakan senjata ampuh untuk membelokkan pendapat masyarakat dan sebagai alat pengumpul pundi suara bagi golongan tertentu. Kebebasan yang diberikan kepada media seringkali pula menjadi kebebasan yang keblablasan. Terkadang dengan dalih kebebasan pers media dengan seenaknya menyuarakan hal-hal tanpa memandang batas-batas aturan yang ada, sebagai akibatnya kasus penghinaan, fitnah menjadi sesuatu yang sangat tipis dikarenakan berbenturan dengan semangat kebabasan pers tadi.

Komunikasi berbasiskan Masyarakat
Dalam masyarakat yang mempunyai faktor resiko tinggi terjadinya konflik, media mempunyai peran untuk selalu menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada menuju suatu keharmonisan. Berita-berita yang bersifat netral sangat diperlukan, agar jangan sampai perbedaan itu justru memperuncing konflik. Media harus selalu menjunjung tinggi idealismenya supaya jangan menjadi corong kekuasaan suatu pihak dan selalu bersifat berat sebelah.
Peran media tidak hanya dalam bentuk pencegahan saja, tapi juga dalam bentuk “post conflict”. Apabila konflik sudah berakhir, media harus memposisikan diri sebagai corong perdamaian, dengan selalu memeliharanya melalui tulisan-tulisan, serta informasi yang akurat. Peran media paska konflik tidak kalah pentingnya daripada sebelum konflik. Pasca konflik merupakan tahap-tahap yang sangat kritikal. Dikatakan demikian karena konflik masih sangat mungkin terjadi, ibarat api, dalam tahap ini masih ada bara yang belum padam, sedikit pemicu bisa menyebabkan bara berubah menjadi api yang bukan tidak mungkin lebih besar dari sebelumnya. Berpijak dari hal inilah, media mempunyai peranan yang sangat penting dalam penanganan pasca konflik. Media sedapat mungkin harus mendukung proses rekonsiliasi yang terjadi.

Forum ini harus kita dukung, supaya bisa menghasilkan kata sepakat bagi perkembangan media di seluruh dunia, bahwa kaum media juga bisa menjadi penentu dalam proses perdamaian. Para wartawan melalui penanya pada hakekatnya mempunyai senjata yang dapat mempengaruhi persepsi publik, senjata ini sangat penting dalam misi membawa perdamaian di muka bumi ini. Pada akhirnya ada misi lain dalam forum ini, bahwa Bali semakin diakui keberadaanya sebagai suatu masyarakat yang mampu mengelola perbedaan dan mampu mengembangakan toleransi yang begitu besar sehingga mampu mengelola konflik yang ada sehingga tidak berubah menjadi sesuatu yang anarki. Semoga forum ini menjadi tonggak bagi Indonesia khususnya dan dunia umumnya bahwa perdamaian adalah impian yang harus diwujudkan tidak hanya dalam bentuk tulisan dan wacana saja.

I Wayan Agus Eka

0 comments:

Blogger template 'WhiteOrange' by Ourblogtemplates.com 2008